Oleh : Majdi As-Sayyid Ibrahim
“Artinya : Dari Ummu Al-Ala’, dia berkata : “Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam menjengukku tatkala aku sedang sakit, lalu beliau
berkata. ‘Gembirakanlah wahai Ummu Al-Ala’. Sesungguhnya sakitnya orang
Muslim itu membuat Allah menghilangkan kesalahan-kesalahan, sebagaimana
api yang menghilangkan kotoran emas dan perak”.
Wahai Ukhti Mukminah .!
Sudah barang tentu engkau akan menghadapi cobaan di dalam kehidupan dunia ini. Boleh jadi cobaan itu menimpa langsung pada dirimu atau suamimu atau anakmu ataupun anggota keluarga yang lain. Tetapi justru disitulah akan tampak kadar imanmu. Allah menurunkan cobaan kepadamu, agar Dia bisa menguji imanmu, apakah engkau akan sabar ataukah engkau akan marah-marah, dan adakah engkau ridha terhadap takdir Allah ?
Sudah barang tentu engkau akan menghadapi cobaan di dalam kehidupan dunia ini. Boleh jadi cobaan itu menimpa langsung pada dirimu atau suamimu atau anakmu ataupun anggota keluarga yang lain. Tetapi justru disitulah akan tampak kadar imanmu. Allah menurunkan cobaan kepadamu, agar Dia bisa menguji imanmu, apakah engkau akan sabar ataukah engkau akan marah-marah, dan adakah engkau ridha terhadap takdir Allah ?
Wasiat yang ada dihadapanmu ini disampaikan Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam tatkala menasihati Ummu Al-Ala’ Radhiyallahu anha,
seraya menjelaskan kepadanya bahwa orang mukmin itu diuji Rabb-nya agar
Dia bisa menghapus kesalahan dan dosa-dosanya.
Selagi engkau memperhatikan kandungan Kitab Allah, tentu engkau akan
mendapatkan bahwa yang bisa mengambil manfaat dari ayat-ayat dan
mengambil nasihat darinya adalah orang-orang yang sabar, sebagaimana
firman Allah.
“Artinya : Dan, di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah
kapal-kapal di laut seperti gunung-gunung. Jikalau Dia menghendaki, Dia
akan menenangkan angin, maka jadilah kapal-kapal itu terhenti di
permukaan laut. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat
tanda-tanda -Nya bagi setiap orang yang bersabar dan banyak bersyukur”.
Engkau juga akan mendapatkan bahwa Allah memuji orang-orang yang sabar dan menyanjung mereka. Firman-Nya.
“Artinya : Dan, orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan
dan dalam peperangan, mereka itulah orang-orang yang benar , dan mereka
itulah orang-orang yang bertaqwa”.
Engkau juga akan tahu bahwa orang yang sabar adalah orang-orang yang dicintai Allah, sebagaimana firman-Nya.
“Artinya : Dan, Allah mencintai orang-orang yang sabar”.
Engkau juga akan mendapatkan bahwa Allah memberi balasan kepada
orang-orang yang sabar dengan balasan yang lebih baik daripada amalnya
dan melipatgandakannya tanpa terhitung. Firman-Nya.
“Artinya : Dan, sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada
orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang
mereka kerjakan”.
“Artinya : Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas”.
Bahkan engkau akan mengetahui bahwa keberuntungan pada hari kiamat
dan keselamatan dari neraka akan mejadi milik orang-orang yang sabar.
Firman Allah.
“Artinya : Sedang para malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari
semua pintu, : ‘Salamun ‘alaikum bima shabartum’. Maka alangkah baiknya
tempat kesudahan itu”.
Benar. Semua ini merupakan balasan bagi orang-orang yang sabar dalam
menghadapi cobaan. Lalu kenapa tidak? Sedangkan orang mukmin selalu
dalam keadaan yang baik ?
Dari Shuhaib radhiyallahu anhu, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Artinya : Sungguh menakjubkan urusan orang mukmin. Sesungguhnya
semua urusannya adalah baik. Apabila mendapat kelapangan, maka dia
bersyukur dan itu kebaikan baginya. Dan, bila ditimpa kesempitan, maka
dia bersabar, dan itu kebaikan baginya”.
Engkau harus tahu bahwa Allah mengujimu menurut bobot iman yang
engkau miliki. Apabila bobot imanmu berat, Allah akan memberikan cobaan
yang lebih keras. Apabila ada kelemahan dalam agamamu, maka cobaan yang
diberikan kepadamu juga lebih ringan. Perhatikanlah riwayat ini.
“Artinya : Dari Sa’id bin Abi Waqqash Radhiyallahu anhu, dia
berkata. ‘Aku pernah bertanya : Wahai Rasulullah, siapakah orang yang
paling keras cobaannya ? Beliau menjawab: Para nabi, kemudian orang
pilihan dan orang pilihan lagi. Maka seseorang akan diuji menurut
agamanya. Apabila agamanya merupakan yang kuat, maka cobaannya juga
berat. Dan, apabila di dalam agamanya ada kelemahan, maka dia akan
diuji menurut agamanya. Tidaklah cobaan menyusahkan seorang hamba
sehingga ia meninggalkannya berjalan di atas bumi dan tidak ada satu
kesalahan pun pada dirinya”.
“Artinya : Dari Abu Sa’id Al-Khudry Radhiyallahu anhu, dia berkata.
‘Aku memasuki tempat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan
beliau sedang demam. Lalu kuletakkan tanganku di badan beliau. Maka aku
merasakan panas ditanganku di atas selimut. Lalu aku berkata. ‘Wahai
Rasulullah, alangkah kerasnya sakit ini pada dirimu’. Beliau berkata:
‘Begitulah kami . Cobaan dilipatkan kepada kami dan pahala juga
ditingkatkan bagi kami’. Aku bertanya. ‘Wahai Rasulullah, siapakah
orang yang paling berat cobaannya ? Beliau menjawab: ‘Para nabi. Aku
bertanya. ‘Wahai Rasulullah, kemudian siapa lagi? Beliau menjawab:
‘Kemudian orang-orang shalih. Apabila salah seorang di antara mereka
diuji dengan kemiskinan, sampai-sampai salah seorang diantara mereka
tidak mendapatkan kecuali mantel yang dia himpun. Dan, apabila salah
seorang diantara mereka sungguh merasa senang karena cobaan,
sebagaimana salah seorang diantara kamu yang senang karena kemewahan”.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia berkata. “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata :
“Artinya : Cobaan tetap akan menimpa atas diri orang mukmin dan
mukminah, anak dan juga hartanya, sehingga dia bersua Allah dan pada
dirinya tidak ada lagi satu kesalahanpun”.
Selagi engkau bertanya : “Mengapa orang mukmin tidak menjadi terbebas karena keutamaannya di sisi Rabb?”.
Dapat kami jawab : “Sebab Rabb kita hendak membersihkan orang Mukmin
dari segala maksiat dan dosa-dosanya. Kebaikan-kebaikannya tidak akan
tercipta kecuali dengan cara ini. Maka Dia mengujinya sehingga dapat
membersihkannya. Inilah yang diterangkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam terhadap Ummul ‘Ala dan Abdullah bin Mas’ud. Abdullah bin Mas’ud
pernah berkata. “Aku memasuki tempat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
dan beliau sedang demam, lalu aku berkata. ‘Wahai Rasulullah,
sesungguhnya engkau sungguh menderita demam yang sangat keras’.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata. “Benar.
Sesungguhnya aku demam layaknya dua orang diantara kamu yang sedang
demam”.
Abdullah bin Mas’ud berkata. “Dengan begitu berarti ada dua pahala bagi engkau ?”
Beliau menjawab. “Benar”. Kemudian beliau berkata. “Tidaklah seorang
muslim menderita sakit karena suatu penyakit dan juga lainnya,
melainkan Allah menggugurkan kesalahan-kesalahannya dengan penyakit
itu, sebagaimana pohon yang menggugurkan daun-daunnya”.
Dari Abi Sa’id Al-Khudry dan Abu Hurairah Radhiyallahu anhuma,
keduanya pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
berkata.
“Artinya : Tidaklah seorang Mukmin ditimpa sakit, letih, demam,
sedih hingga kekhawatiran yang mengusiknya, melainkan Allah mengampuni
kesalahan-kesalahannya”.
Sabar menghadapi sakit, menguasai diri karena kekhawatiran dan
emosi, menahan lidahnya agar tidak mengeluh, merupakan bekal bagi orang
mukmin dalam perjalanan hidupnya di dunia. Maka dari itu sabar termasuk
dari sebagian iman, sama seperti kedudukan kepala bagi badan. Tidak ada
iman bagi orang yang tidak sabar, sebagaimana badan yang tidak ada
artinya tanpa kepala. Maka Umar bin Al-Khaththab Radhiyallahu anhu
berkata. “Kehidupan yang paling baik ialah apabila kita mengetahuinya
dengan berbekal kesabaran”. Maka andaikata engkau mengetahui tentang
pahala dan berbagai cobaan yang telah dijanjikan Allah bagimu, tentu
engkau bisa bersabar dalam menghadapi sakit. Perhatikanlah riwayat
berikut ini.
“Artinya : Dari Atha’ bin Abu Rabbah, dia berkata. “Ibnu Abbas
pernah berkata kepadaku. ‘Maukah kutunjukkan kepadamu seorang wanita
penghuni sorga ? Aku menjawab. ‘Ya’. Dia berkata. “Wanita berkulit
hitam itu pernah mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, seraya
berkata. ‘Sesungguhnya aku sakit ayan dan terbuka. Maka berdoalah bagi
diriku. Beliau berkata. ‘Apabila engkau menghendaki, maka engkau bisa
bersabar dan bagimu adalah sorga. Dan, apabila engkau menghendaki bisa
berdo’a sendiri kepada Allah hingga Dia memberimu fiat’. Lalu wanita
itu berkata. ‘Aku akan bersabar. Wanita itu berkata lagi. ‘Sesungguhnya
terbuka. Maka berdo’alah kepada Allah bagi diriku agar tidak terbuka’.
Maka beliau pun berdoa bagi wanita tersebut”.
Perhatikanlah, ternyata wanita itu memilih untuk bersabar menghadapi
penyakitnya dan dia pun masuk sorga. Begitulah yang mestinya engkau
ketahui, bahwa sabar menghadapi cobaan dunia akan mewariskan sorga.
Diantara jenis kesabaran menghadapi cobaan ialah kesabaran wanita muslimah karena diuji kebutaan oleh Rabb-nya. Disini pahalanya jauh lebih besar.
Dari Anas bin Malik, dia berkata. “Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata.
“Artinya : Sesungguhnya Allah berfirman. ‘Apabila Aku menguji
hamba-Ku pada kedua matanya lalu dia bersabar, maka Aku akan mengganti
kedua matanya itu dengan sorga”.
Maka engkau harus mampu menahan diri tatkala sakit dan
menyembunyikan cobaan yang menimpamu. Al-Fudhail bin Iyadh pernah
mendengar seseorang mengadukan cobaan yang menimpanya. Maka dia berkata
kepadanya. “Bagaimana mungkin engkau mengadukan yang merahmatimu kepada
orang yang tidak memberikan rahmat kepadamu ?”
Sebagian orang Salaf yang shalih berkata : “Barangsiapa yang
mengadukan musibah yang menimpanya, seakan-akan dia mengadukan
Rabb-nya”.
Yang dimaksud mengadukan di sini bukan membeberkan penyakit kepada
dokter yang mengobatinya. Tetapi pengaduan itu merupakan gambaran
penyesalan dan penderitaan karena mendapat cobaan dari Allah, yang
dilontarkan kepada orang yang tidak mampu mengobati, seperti kepada
teman atau tetangga.
Orang-orang Salaf yang shalih dari umat kita pernah berkata. “Empat
hal termasuk simpanan sorga, yaitu menyembunyikan musibah,
menyembunyikan shadaqah, menyembunyikan kelebihan dan menyembunyikan
sakit”.
Ukhti Muslimah !
Selanjutnya perhatikan perkataan Ibnu Abdi Rabbah Al-Andalusy : “Asy-Syaibany pernah berkata. ‘Temanku pernah memberitahukan kepadaku seraya berkata. ‘Syuraih mendengar tatkala aku mengeluhkan kesedihanku kepada seorang teman. Maka dia memegang tanganku seraya berkata. ‘Wahai anak saudaraku, janganlah engkau mengeluh kepada selain Allah. Karena orang yang engkau keluhi itu tidak lepas dari kedudukannya sebagai teman atau lawan. Kalau dia seorang teman, berarti dia berduka dan tidak bisa memberimu manfaat. Kalau dia seorang lawan, maka dia akan bergembira karena deritamu. Lihatlah salah satu mataku ini, ’sambil menunjuk ke arah matanya’, demi Allah, dengan mata ini aku tidak pernah bisa melihat seorangpun, tidak pula teman sejak lima tahun yang lalu. Namun aku tidak pernah memberitahukannya kepada seseorang hingga detik ini. Tidakkah engkau mendengar perkataan seorang hamba yang shalih : “Sesungguhnya hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku”. Maka jadikanlah Allah sebagai tempatmu mengadu tatkala ada musibah yang menimpamu. Sesungguhnya Dia adalah penanggung jawab yang paling mulia dan yang paling dekat untuk dimintai do’a”.
Selanjutnya perhatikan perkataan Ibnu Abdi Rabbah Al-Andalusy : “Asy-Syaibany pernah berkata. ‘Temanku pernah memberitahukan kepadaku seraya berkata. ‘Syuraih mendengar tatkala aku mengeluhkan kesedihanku kepada seorang teman. Maka dia memegang tanganku seraya berkata. ‘Wahai anak saudaraku, janganlah engkau mengeluh kepada selain Allah. Karena orang yang engkau keluhi itu tidak lepas dari kedudukannya sebagai teman atau lawan. Kalau dia seorang teman, berarti dia berduka dan tidak bisa memberimu manfaat. Kalau dia seorang lawan, maka dia akan bergembira karena deritamu. Lihatlah salah satu mataku ini, ’sambil menunjuk ke arah matanya’, demi Allah, dengan mata ini aku tidak pernah bisa melihat seorangpun, tidak pula teman sejak lima tahun yang lalu. Namun aku tidak pernah memberitahukannya kepada seseorang hingga detik ini. Tidakkah engkau mendengar perkataan seorang hamba yang shalih : “Sesungguhnya hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku”. Maka jadikanlah Allah sebagai tempatmu mengadu tatkala ada musibah yang menimpamu. Sesungguhnya Dia adalah penanggung jawab yang paling mulia dan yang paling dekat untuk dimintai do’a”.
Abud-Darda’ Radhiyallahu anhu berkata. “Apabila Allah telah
menetapkan suatu takdir, maka yang paling dicintai-Nya adalah meridhai
takdir-Nya”.
Perbaharuilah imanmu dengan lafazh la ilaha illallah dan carilah
pahala di sisi Allah karena cobaan yang menimpamu. Janganlah
sekali-kali engkau katakan : “Andaikan saja hal ini tidak terjadi”,
tatkala menghadapi takdir Allah. Sesungguhnya tidak ada taufik kecuali
dari sisi Allah.
Sumber : http://assunnah.or.id